Ketua PJID Garut Sesalkan Sikap Uniga Garut Yang Diskriminatif Terhadap Wartawan 

oleh -2188 Dilihat

 

Garut, Realita Indonesia.Com — Ketua harian Perhimpunan Jurnalis Indonesia Demokrasi (PJI-D) Garut, Wena Hanafia sangat menyayangkan sikap Panitia Wisuda Universitas Garut (UNIGA) yang dinilai telah menghambat sejumlah wartawan Garut dalam melaksanakan tugas peliputannya.

Menurutnya, perlakuan pihak panitia acara wisuda UNIGA yang digelar pada hari Sabtu, 16 September 2023 tersebut bukan merupakan tindakan yang tepat. Kegiatan peliputan yang dilakukan oleh para kuli tinta pada saat itu telah sesuai dengan tupoksinya, sehingga tidak boleh dihalang-halangi. Mereka bekerja berdasarkan undang-undang Pers No. 40 Tahun 1999.

“Saya sangat perihatin dengan kejadian ini, padahal dengan semakin banyaknya publisitas di media apalagi medianya itu berbeda-beda malah bagus, brand UNIGA Garut semakin dikenal luas. Dengan begitu, secara bisnis dan popularitas pihak UNIGA pun justru diuntungkan. Kami tidak tahu, kenapa mereka tidak menyadari hal itu hingga harus bersikap demikian kepada rekan-rekan kita,” katanya.

Sebagai perguruan tinggi terbesar di kabupaten Garut, yang mana ada disitu tokoh kharismatik yaitu H. Abdussy Syakur sebagai rektornya, pihak UNIGA seharusnya bisa lebih welcome, terbuka dan respon kepada semua wartawan yang hendak meliput kegiatannya. Terlebih, kehadiran mereka disana bermaksud baik yakni sebatas menjalankan tugasnya dalam rangka peliputan bidang pendidikan.

“Di acara kemarin, pihak panitia wisuda UNIGA juga terkesan diskriminatif terhadap wartawan, karena ada yang bisa masuk ke area acara wisuda dan ada pula yang tidak. Dalih pihak panitia wisuda, Id card khusus peliputannya telah habis, sehingga bagi para wartawan yang baru tiba di lokasi tak diizinkan masuk ke area wisuda karena gak ada id card nya. Kok bisa begitu, saya rasa SOP panitia yang kurang fleksibel, sampai-sampai wartawan yang tidak kebagian id card terpaksa harus pulang dengan menelan rasa kekecewaan,” terangnya.

Atas peristiwa tersebut, kami prihatin dengan sikap UNIGA Garut, untuk itu kami menghimbau kepada pihak UNIGA untuk tidak mengulang kembali perlakuan seperti itu. Pasalnya, di era keterbukaan publik sekarang ini, sudah bukan jamannya lagi untuk menghalang-halangi tugas wartawan, apalagi memperlakukan wartawan secara diskriminatif yang dikait-kaitkan dengan asal usul media dan organisasinya.

“Perlu dipahami bersama, wartawan dalam mengakses data dan informasi tidak bisa dibatasi. Di setiap tugasnya, mereka dibekali Kartu Pers sebagai id card yang resmi diakui oleh negara. Pihak panitia wisuda UNIGA harusnya berterimakasih dan mempersilahkan mereka masuk dengan baik-baik. Kalau id card khusus yang dibuat UNIGA habis, ya fleksibel dong, kenapa harus ribet, tinggal pakai saja Kartu Pers, simpel kan !! Bukan malah sebaliknya, menolak diliput dengan alasan yang sepele,” tegasnya.

Dikatakannya, demi kemajuan dunia pendidikan di negeri ini, konsep kemitraan antara perguruan tinggi dengan wartawan sangat dibutuhkan. Hubungan komunikasi dan juga kolaborasi antar keduanya harus terus terbangun dengan baik.

“Perguruan tinggi dan wartawan harus sejalan karena sama-sama memiliki peran yang sentral bagi kemajuan dunia pendidikan. Perguruan tinggi berkewajiban membekali mahasiswanya dengan perkuliahan yang terbaik, sedangkan peran wartawan adalah mendorong kemajuan pendidikan melalui hasil karya tulisannya. Jadi keduanya harus sejalan, jangan sampai bertolak belakang satu sama lainnya,” pungkasnya.(*7)

No More Posts Available.

No more pages to load.